Sabtu, 16 Mei 2015

makalah keterampilan dasar memberikan penguatan



KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

            Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan yang bersifat khusus yang harus dimiliki tenaga pengajar agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan profesional[1]. Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan peranya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Salah satu keterampilan dasar mengajar guru yang tidak boleh dilupakan adalah keterempilan dalam memberi penguatan.[2]
A.    Pengertian Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan berasal dari kata kuat yang berarti kukuh, teguh, tahan, dan awet, mendapat awalan pe dan akhiran –an menjadi penguatan yang berarti perbuatan mengukuhkan, meneguhkan, mempertahankan dan mengawetkan.[3] Secara tradisional, Penguat dianggap sebagai sebuah stimulasi atau perangsang[4]
Keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon  baik verbal ataupun non verbal, yang diberikan guru terhadap tingkah laku siswa untuk memberikan umpan balik atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi dan memotivasi siswa yang lain untuk berbuat hal yang sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi.[5] 
Keterampilan memberikan penguatan juga diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali, dimaksudkan untuk membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar.[6]
Ada pula pendapat lain, Keterampilan memberikan penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberika penguatan karena “penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian.[7]
Selain itu, Keterampilan memberikan penguatan merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk prilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku diwaktu yang lain[8]
Dapat penulis simpulkan bahwa pemberian penguatan adalah segala bentuk respon positif atau negatif yang diberikan oleh guru baik yang bersifat verbal ataupun nonverbal terhadap tingkah laku siswa  yang baik sehingga menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik tersebut dan menghilangkan perilaku yang kurang baik.

B.     Tujuan Pemberian Penguatan
                        Ada beberapa tujuan pemberian penguatan  didalam kelas yang diambil dari beberapa referensi, diantaranya :
      a.   Meningkatkan perhatian siswa dan membangkitkan motivasi siswa
                  Melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya, dengan demikian perhatian siswa pun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya. Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi(energy dari dalam diri seseorang yang mengarahkan tingkah lakunya)[9] belajarnya pun akan semakin baik pula.
b.   Memudahkan siswa belajar
            Tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar.[10] Kemudahan berfungsi untuk memberikan suasana yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya[11]. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan respon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
c.   Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
            Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negatif yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negatif dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
d.   Memelihara iklim kelas yang kondusif 
            Suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal.[12] Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana kelas akan lebih demokratis, sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Untuk memelihara iklim kelas dapat dilakukan dengan cara menanggapi dengan penuh kepekaan yang mengganggu PBM, memeratakan perhatian, mengurangi keteganagan dengan humor,dll

C.    Komponen Pemberian Penguatan
Komponen pemberian penguatan yang bisa diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan penguatan verbal dan nonverbal.
a.       Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata- kata, baik pujian dan penghargaan atau kata- kata koreksi[13]. Melalui kata- kata itu siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar.
Penguatan verbal paling mudah digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Diantara bentuk penguatan verbal adalah :
v  Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan alat motivasi yang positif[14]. Guru menggunakan pujian sebagai bentuk penguatan untuk menyenangkan perasaan anak didik sehingga merasa diperhatikan oleh guru serta bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik frekuensinya dapat berulang bahkan ditingkatkan, namun pemberian pujian tidak pula berlebihan. contoh pujian yang wajar misalnya ketika guru mengajukan sebuah pertanyaan dan kemudian siswa menjawab dengan tepat guru memberi pujian dengan kata- kata, “bagus!”, “tepat sekali”, “benar”, atau memakai kalimat, ”wah, hebat kamu”, wah, kamu anak pintar”, “seratus untuk kamu”, “kalian bisa meniru pekerjaan tina, pekerjaannya rapi”, dll. Begitu pula ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru mesti pula memberi pujian seperti, “ hampir tepat…”, “yah, bagus ada jawaban yang lain?”, dll. Pujian semacam ini dimaksudkan agar siswa kembali terdorong untuk menyempurnakan jawabannya, penguatan ini disebut penguatan tak penuh[15].
v  Hukuman, adalah bentuk reinforcement yang negatif namun bersifat mendidik dan diperlukan dalam proses pembelajaran. Apabila diberikan secara tepat dapat menghadirkan sebuah stimulus yang menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda[16]. Tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan frekuensi tingkah laku yang kurang baik.  Misalnya ketika siswa membuat keributan dapat diberi hukuman untuk menjelaskan kembali pelajaran yang baru guru jelaskan. Pemberian hukuman harus segera dilakukan jangan ditunda, hal ini dimaksudkan agar mendapat umpan balik bagi siswa yang mendapat hukuman agar tidak mengulangi lagi perbuatannya sekaligus menjadi semacam peringatan bagi siswa lainnya agar tidak meniru perbuatannya. Contoh “ Tono, coba jelaskan kembali penjelasan ibu  tadi “, “ kalau masih ada yang ribut, ibu keluarkan dari kelas”, dll.
b.      Penguatan non verbal
Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat[17]. Bentuk penguatan non verbal adalah :
v  Mimik dan gerakan badan
      Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, mengekspresikan wajah ceria, anggukan, tepukan tangan, mengacungkan ibu jari, dan gerakan-gerakan badan lainnya, penguatan semacam ini dikenal dengan sebutan body language[18]. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan guru tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi siswa.  Mimik dan gerakan badan dapat dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal.
v  Gerak mendekati
      Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa  atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa. Bentuk penguatan ini biasanya dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal, artinya ketika guru mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan tambahan.
v  Sentuhan
     Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa. Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang,  mengelus anggota badan  tertentu yang dianggap tepat. Jika sentuhan dilakukan dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang efektif bagi siswa. Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh kehati-hatian dengan mempertimbangkan berbagai unsur misalnya, kultur, etika,  moral, umur, serta jenis kelamin siswa. 
v  Kegiatan yang menyenangkan
      Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan sebagai penguatan.
      Misalnya, siswa yang dapat menyelesaikan masalah matematika lebih dahulu diberi kesempatan untuk membantu temannya yang kesulitan, dengan demikian,  siswa akan merasa dihargai dan  akan semakin menambah keyakinan, kepercayaan diri untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
v  Pemberian simbol atau benda/hadiah
      Penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu. Simbol dapat berupa  tanda cek  (√ ), komentar tertulis pada buku siswa,  tanda bintang, berbagai tanda dengan warna tertentu misalnya hijau, kuning, ungu, atau merah. Atau dengan pemberian angka sebagai symbol/hasil aktivitas belajar siswa Sedangkan benda yang digunakan sebagai penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu mahal tetapi berarti bagi siswa. Misalnya pensil atau buku tulis, bintang, dan benda-benda kecil lainnya. 
D.  Aplikasi Pemberian Penguatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin bahwa siswa akan menghargainya dan menyadari akan respon yang diberikan guru. Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat berikut[19] :
v  Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan  lainnya dan benda yang menjadi tujuan belajar.
v  Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis.
v  Menyelesaikan hasil kerja.
v  Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian,  ketelitian, keindahan, dan  mutu materi).
v  Perbaikan pekerjaan.
v  Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis),
v  Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri). 

E.  Model Pemberian Penguatan
Ada tiga model dalam pemberian penguatan diantaranya sebagai berikut [20]:
a.       Penguatan seluruh kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan sacara terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Penguatan verbal, gestural, tanda, dan kegiatan adalah merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukan pada seluruh anggota kelompok
b.      Penguatan partial
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi kepada siswa untuk sebagian dari responnya. Sebenarnya penguatan tersebut digunakan untuk menghindari penggunaan penguatan negatif dan pemberian kritik.
c.       Penguatan perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya         menyebutkan kemampuan, penampilan, dan nama siswa yang bersangkutan.

D.  Prinsip Pemberian Penguatan
         Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan seorang guru dalam memberikan penguatan, diantaranya sebagai berikut : 
a.    Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan respon yang diberikan oleh guru terhadap prilaku belajar siswa harus mencerminkan perasaan senang dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang gembira, suara yang meyakinkan atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Dengan kata lain penguatan harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang menerima penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan
b.   Kebermaknaan
Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat bahwa itu sangat bermanfaat. Sering pemberian penguatan secara verbal menjadi tidak efektif  atau bahkan menjadi salah terhadap seorang siswa, karena guru menggunakan kalimat “pekerjaan mu bagus” siswa merasa curiga dan bahkan merasa diejek, karena ia sadar pekerjaannya tidak bagus. Akibatnya pemberian penguatan menjadi tidak bermakna, karena guru kurang hangat dan antusias. Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna baginya.
c.    Menghindari penggunaan respon yang negatif
Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya, jika seorang siswa tidak dapat memberika jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkannya, tetapi masih bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.
d.   Penggunaan bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama, misalnya guru selalu menggunakan kata-kata ”bagus” akan mengurangi efektifitas pemberian penguatan, pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian kekelompok kecil, akhirnya ke individu, atau sebaliknya dan tidak berurutan.
e.    Berikan penguatan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respon atau tingkah laku tertentu. Penguatan yang ditunda pemberiannya tidak akan efektif lagi dan kurang bermakna.
f.    Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan  penguatan kepada  siswa tertentu, kepada kelompok siswa, ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, misalnya : “Wah Ibu bangga benar dengan kedisiplinan Semester II ini”.  
g.   Pemilihan waktu penguatan[21]
Timing atau pemilihan waktu dalam memberikan penguatan juga harus diperhatikan oleh guru. Contoh, ketika pembubaran kelas lebih awal pada saat siswa sedang ribut akan menjadi bentuk penguatan perilaku yang kurang tepat. Siswa menjadi beranggapan bahwa ketika mereka ribut sebelum jam pelajaran berakhir membuat mereka dipulangkan lebih awal.

E.     Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Penguatan  
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, namun juga memiliki kelemahan dalam penggunaannya, antara lain[22]:
1.      Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2.      Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3.      Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4.      Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5.      Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.












DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal,2007. Membangun Prefesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Eka,2010. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
B.R.HERGENHAHN,danMATTHEW,2008.Theories Of Learning(TeoriBelajar)Jakarta:Prenada Media Group
Danim, Sudarwan,2011. Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Professional Madani. Jakarta: Prenada Media Group
Djalil, Aria.dkk.2002, CET 4. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka
Djamarah, Syaiful Bahri,2005,cet 2. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan  Zain ,Aswan,2006. Strategi Belajar Mengajar .Jakarta: Rineka Cipta
E Gredler,Margaret,2011,ed ke-6. Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Kencana
Hasibuan, JJ, 2008 . Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Kunandar. 2007.Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Majid, Abdul, 2012. Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Nata, Abuddin,2009,Ed 1,cet 2. Perspektif  Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Noviana, Eddy. Dkk,2010. Bahan Ajar Kajian dan Pengembangan Pembelajaran IPS SD. Pekanbaru: Cendikia Insan
Poerwadarminta, W.J.S,1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Purwati, Eni dan Mukaffa, Zumrotul ,2009.  Micro Teaching. Surabaya: Aprinta
Sanjaya,Wina,2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media
Sardiman, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Supriadie, Didi dan Darmawan, Deni, 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Uzer Usman,Moh,2008,cet ke 22. Menjadi Guru Profesioanal. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Wardani,IG.A.K,dkk, 2001. Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta:Universitas Terbuka
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatan-dalam-proses-pembelajaran/,diakses pada tanggal 10 februari 2015



[1] Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012).h.154
[2] Zainal Aqib, Membangun Prefesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah,(Bandung:Yrama Widya, 2007).h.61
[3] W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1984).h.529
[4] B.R.HERGENHAHN, dan MATTHEW, theories of learning(teori belajar),(Jakarta:prenada media group.2008),ed  7.h.119
[5] Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media,2006).h.37
[6] JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).h.84
[7] IG.A.K Wardani dkk,Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM), (Jakarta:Universitas Terbuka,2001).h.25
[8] Abdul Majid,Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung:Rosdakarya,2012).h.288
[9] Sudarwan, Danim, Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Professional Madani,(Jakarta: prenada media group.2011).h.119
[10] Wina Sanjaya, op. cit, h.23
[11] Aria,Djalil,dkk. Pembelajaran Kelas Rangkap,(Jakarta:universitas terbuka.2002),cet 4.h 2.36
[12] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar ,(Jakarta: Rineka Cipta,2006).h.174
[13] Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta :Rineka Cipta,2005), cet 2.h.289
[14] Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,( Jakarta : Rajawali Pers,2011).h.94
[15] Eni Purwati,dan Zumrotul Mukaffa, Micro Teaching,( Surabaya: Aprinta,2009).h.7-12
[16] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,(Jogjakarta:Ar-ruzz Media.2010),cet v.h.80
[17] Eddy Noviana, dkk. Bahan Ajar Kajian dan Pengembangan Pembelajaran IPS SD,(Pekanbaru: Cendikia Insan.2010).h108
[18] Abuddin, Nata, Perspektif  Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group.2009),Ed 1,cet 2,h.290
[19]Kunandar. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi Guru( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007).h.57

[20] Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesioanal, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.2008),cet 22,h.83
[21] Margaret ,E Gredler, Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi), (Jakarta: Kencana.2011),ed ke-6,h.145
[22] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatan-dalam-proses-pembelajaran/,diakses pada tanggal 10 februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar