KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Keterampilan dasar mengajar
merupakan kemampuan yang bersifat khusus yang harus dimiliki tenaga pengajar
agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan profesional[1].
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan
peranya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan efesien. Salah satu keterampilan dasar mengajar
guru yang tidak boleh dilupakan adalah keterempilan dalam memberi penguatan.[2]
A.
Pengertian Keterampilan
Memberi Penguatan
Penguatan berasal dari kata kuat yang
berarti kukuh, teguh, tahan, dan awet, mendapat awalan pe dan akhiran –an
menjadi penguatan yang berarti perbuatan mengukuhkan, meneguhkan,
mempertahankan dan mengawetkan.[3] Secara
tradisional, Penguat dianggap sebagai sebuah stimulasi atau perangsang[4]
Keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon baik verbal ataupun non verbal,
yang diberikan guru terhadap tingkah laku siswa untuk memberikan umpan balik
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi dan memotivasi siswa yang
lain untuk berbuat hal yang sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi.[5]
Keterampilan memberikan penguatan juga diartikan dengan tingkah laku guru
dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang
memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali, dimaksudkan untuk
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi
belajar-mengajar.[6]
Ada pula pendapat lain, Keterampilan
memberikan penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru
perlu menguasai keterampilan memberika penguatan karena “penguatan merupakan
dorongan bagi siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan
perhatian.[7]
Selain itu, Keterampilan memberikan
penguatan merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk prilaku yang
dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku diwaktu yang lain[8]
Dapat penulis simpulkan bahwa pemberian
penguatan adalah segala bentuk respon positif atau negatif yang diberikan
oleh guru baik yang bersifat verbal ataupun nonverbal terhadap tingkah laku
siswa yang baik sehingga menyebabkan
siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik
tersebut dan menghilangkan perilaku yang kurang baik.
B.
Tujuan Pemberian
Penguatan
Ada beberapa tujuan pemberian
penguatan didalam kelas yang diambil
dari beberapa referensi, diantaranya :
a. Meningkatkan perhatian siswa dan
membangkitkan motivasi siswa
Melalui
penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan
merasa diperhatikan oleh gurunya, dengan demikian perhatian siswa pun akan
semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan
kepada siswanya. Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya
motivasi(energy dari dalam diri seseorang yang mengarahkan tingkah lakunya)[9]
belajarnya pun akan semakin baik pula.
b. Memudahkan
siswa belajar
Tugas
guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar.[10]
Kemudahan berfungsi untuk memberikan suasana yang dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan aktivitas belajarnya[11].
Untuk memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaan-kebiasaan positif dalam
pembelajaran, yaitu dengan memberikan respon-respon (penguatan) yang akan
semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi dan terhindar
dari perasaan takut salah dalam belajar.
c. Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
Perasaan
khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negatif yang akan
mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu
upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negatif dalam belajar, yaitu melalui
pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil
apapun perbuatan belajar siswa.
d. Memelihara iklim kelas yang kondusif
Suasana
kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan mendorong aktivitas belajar
siswa lebih maksimal.[12]
Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana kelas akan lebih
demokratis, sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat,
berbuat, mencoba dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Untuk
memelihara iklim kelas dapat dilakukan dengan cara menanggapi dengan penuh
kepekaan yang mengganggu PBM, memeratakan perhatian, mengurangi keteganagan
dengan humor,dll
C.
Komponen Pemberian
Penguatan
Komponen pemberian penguatan yang bisa
diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan penguatan verbal
dan nonverbal.
a.
Penguatan
Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang
diungkapkan dengan kata- kata, baik pujian dan penghargaan atau kata- kata
koreksi[13].
Melalui kata- kata itu siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati sehingga
ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar.
Penguatan verbal paling mudah digunakan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran. Diantara bentuk penguatan verbal adalah :
v
Pujian,
adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan alat motivasi
yang positif[14].
Guru menggunakan pujian sebagai bentuk penguatan untuk menyenangkan perasaan
anak didik sehingga merasa diperhatikan oleh guru serta bertujuan agar tingkah
laku yang sudah baik frekuensinya dapat berulang bahkan ditingkatkan, namun
pemberian pujian tidak pula berlebihan. contoh pujian yang wajar misalnya
ketika guru mengajukan sebuah pertanyaan dan kemudian siswa menjawab dengan
tepat guru memberi pujian dengan kata- kata, “bagus!”, “tepat sekali”, “benar”,
atau memakai kalimat, ”wah, hebat kamu”, wah, kamu anak pintar”, “seratus untuk
kamu”, “kalian bisa meniru pekerjaan tina, pekerjaannya rapi”, dll. Begitu pula
ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru mesti pula memberi pujian seperti, “
hampir tepat…”, “yah, bagus ada jawaban yang lain?”, dll. Pujian semacam ini
dimaksudkan agar siswa kembali terdorong untuk menyempurnakan jawabannya,
penguatan ini disebut penguatan tak penuh[15].
v
Hukuman,
adalah bentuk reinforcement yang negatif namun bersifat mendidik dan diperlukan
dalam proses pembelajaran. Apabila diberikan secara tepat dapat menghadirkan
sebuah stimulus yang menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda[16].
Tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan frekuensi tingkah laku yang kurang
baik. Misalnya ketika siswa membuat
keributan dapat diberi hukuman untuk menjelaskan kembali pelajaran yang baru
guru jelaskan. Pemberian hukuman harus segera dilakukan jangan ditunda, hal ini
dimaksudkan agar mendapat umpan balik bagi siswa yang mendapat hukuman agar
tidak mengulangi lagi perbuatannya sekaligus menjadi semacam peringatan bagi
siswa lainnya agar tidak meniru perbuatannya. Contoh “ Tono, coba jelaskan
kembali penjelasan ibu tadi “, “ kalau
masih ada yang ribut, ibu keluarkan dari kelas”, dll.
b.
Penguatan
non verbal
Penguatan non verbal adalah penguatan
yang diungkapkan melalui bahasa isyarat[17].
Bentuk penguatan non verbal adalah :
v
Mimik
dan gerakan badan
Mimik dan
gerakan badan seperti senyuman, mengekspresikan wajah ceria, anggukan, tepukan
tangan, mengacungkan ibu jari, dan gerakan-gerakan badan lainnya, penguatan
semacam ini dikenal dengan sebutan body language[18].
Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan guru tersebut tentu saja akan
menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. Mimik dan gerakan badan dapat dipakai
bersama-sama dengan penguatan verbal.
v
Gerak
mendekati
Gerak mendekati
dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di
samping siswa atau kelompok siswa,
bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan
gerak mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan
pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa. Bentuk penguatan
ini biasanya dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal, artinya ketika guru
mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan tambahan.
v
Sentuhan
Penguatan
dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru
dengan siswa. Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau pundak siswa, menjabat
tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang, mengelus anggota badan tertentu yang dianggap tepat. Jika sentuhan
dilakukan dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang efektif bagi siswa.
Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh kehati-hatian dengan
mempertimbangkan berbagai unsur misalnya, kultur, etika, moral, umur, serta jenis kelamin siswa.
v
Kegiatan
yang menyenangkan
Pada
dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan
sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia
berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan
sebagai penguatan.
Misalnya,
siswa yang dapat menyelesaikan masalah matematika lebih dahulu diberi
kesempatan untuk membantu temannya yang kesulitan, dengan demikian, siswa akan merasa dihargai dan akan semakin menambah keyakinan, kepercayaan
diri untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
v
Pemberian
simbol atau benda/hadiah
Penguatan
dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu. Simbol dapat
berupa tanda cek (√ ), komentar tertulis pada buku
siswa, tanda bintang, berbagai tanda
dengan warna tertentu misalnya hijau, kuning, ungu, atau merah. Atau dengan
pemberian angka sebagai symbol/hasil aktivitas belajar siswa Sedangkan benda
yang digunakan sebagai penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak
terlalu mahal tetapi berarti bagi siswa. Misalnya pensil atau buku tulis,
bintang, dan benda-benda kecil lainnya.
D. Aplikasi
Pemberian Penguatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian penguatan ialah guru harus yakin bahwa siswa akan menghargainya dan
menyadari akan respon yang diberikan guru. Pemberian penguatan dapat dilakukan
pada saat berikut[19]
:
v
Siswa
memperhatikan guru, memperhatikan kawan
lainnya dan benda yang menjadi tujuan belajar.
v
Siswa
sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan
tulis.
v
Menyelesaikan
hasil kerja.
v
Bekerja
dengan kualitas kerja yang baik (kerapian,
ketelitian, keindahan, dan mutu
materi).
v
Perbaikan
pekerjaan.
v
Ada
kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis),
v
Tugas
mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah laku
sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
E. Model Pemberian Penguatan
Ada tiga model dalam pemberian
penguatan diantaranya sebagai berikut [20]:
a.
Penguatan seluruh kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh
anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan sacara terus menerus seperti
halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Penguatan verbal, gestural,
tanda, dan kegiatan adalah merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukan
pada seluruh anggota kelompok
b.
Penguatan partial
Penguatan partial sama dengan
penguatan sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi kepada siswa
untuk sebagian dari responnya. Sebenarnya penguatan tersebut digunakan untuk
menghindari penggunaan penguatan negatif dan pemberian kritik.
c.
Penguatan perorangan
Penguatan perorangan merupakan
pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebutkan kemampuan, penampilan, dan
nama siswa yang bersangkutan.
D. Prinsip Pemberian Penguatan
Ada
beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan seorang guru dalam memberikan
penguatan, diantaranya sebagai berikut :
a.
Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan respon yang diberikan oleh
guru terhadap prilaku belajar siswa harus mencerminkan perasaan senang dan
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang gembira,
suara yang meyakinkan atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang
diberikan memang sungguh-sungguh. Dengan kata lain penguatan harus memberikan
kesan positif, dimana siswa yang menerima penguatan akan merasa senang dan
puas, sehingga akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan
demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan
karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan
b.
Kebermaknaan
Agar setiap pemberian penguatan
menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi dimana siswa mengetahui
adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat
bahwa itu sangat bermanfaat. Sering pemberian penguatan secara verbal menjadi
tidak efektif atau bahkan menjadi salah
terhadap seorang siswa, karena guru menggunakan kalimat “pekerjaan mu bagus”
siswa merasa curiga dan bahkan merasa diejek, karena ia sadar pekerjaannya
tidak bagus. Akibatnya pemberian penguatan menjadi tidak bermakna, karena guru
kurang hangat dan antusias. Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah
laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi
penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna baginya.
c.
Menghindari penggunaan respon yang negatif
Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang
diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari
karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya,
jika seorang siswa tidak dapat memberika jawaban yang diharapkan, guru jangan
langsung menyalahkannya, tetapi masih bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa
lain.
d.
Penggunaan bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik
komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias.
Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama, misalnya guru selalu menggunakan
kata-kata ”bagus” akan mengurangi efektifitas pemberian penguatan, pemberian
penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula
keseluruhan anggota kelas, kemudian kekelompok kecil, akhirnya ke individu,
atau sebaliknya dan tidak berurutan.
e.
Berikan penguatan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respon atau tingkah laku
tertentu. Penguatan yang ditunda pemberiannya tidak akan efektif lagi dan
kurang bermakna.
f.
Sasaran
penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya
memberikan penguatan kepada siswa tertentu, kepada kelompok siswa,
ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, misalnya : “Wah Ibu bangga benar
dengan kedisiplinan Semester II ini”.
g.
Pemilihan
waktu penguatan[21]
Timing atau pemilihan waktu dalam memberikan
penguatan juga harus diperhatikan oleh guru. Contoh, ketika pembubaran kelas
lebih awal pada saat siswa sedang ribut akan menjadi bentuk penguatan perilaku
yang kurang tepat. Siswa menjadi beranggapan bahwa ketika mereka ribut sebelum
jam pelajaran berakhir membuat mereka dipulangkan lebih awal.
E. Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Penguatan
Pemberian penguatan
dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila
dapat dilakukan dengan tepat, namun juga memiliki kelemahan dalam
penggunaannya, antara lain[22]:
1.
Dapat
meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2.
Dapat
mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3.
Dapat
menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4.
Dapat
meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5.
Dapat
mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan
dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan.
Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses
pembelajaran akan tercapai secara maksimal
Walaupun pemberian
penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian
penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar
karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan
siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat
fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus
dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.
DAFTAR
PUSTAKA
Aqib, Zainal,2007. Membangun Prefesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama
Widya
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Eka,2010. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media
B.R.HERGENHAHN,danMATTHEW,2008.Theories Of Learning(TeoriBelajar)Jakarta:Prenada Media Group
Danim, Sudarwan,2011. Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Professional
Madani. Jakarta: Prenada Media Group
Djalil, Aria.dkk.2002, CET 4. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka
Djamarah, Syaiful Bahri,2005,cet 2. Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis.
Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain
,Aswan,2006. Strategi Belajar Mengajar
.Jakarta: Rineka Cipta
E Gredler,Margaret,2011,ed ke-6. Learning
and Instruction (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Kencana
Hasibuan, JJ, 2008 . Proses Belajar
Mengajar. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Kunandar. 2007.Guru
Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Majid, Abdul, 2012. Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA
Nata, Abuddin,2009,Ed 1,cet 2. Perspektif Islam tentang
Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Noviana, Eddy. Dkk,2010. Bahan Ajar
Kajian dan Pengembangan Pembelajaran IPS SD. Pekanbaru: Cendikia Insan
Poerwadarminta, W.J.S,1984. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Purwati, Eni dan Mukaffa, Zumrotul ,2009. Micro Teaching.
Surabaya: Aprinta
Sanjaya,Wina,2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
ProsesPendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media
Sardiman, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Supriadie, Didi dan Darmawan, Deni, 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Uzer Usman,Moh,2008,cet ke 22. Menjadi Guru Profesioanal. Bandung : PT
REMAJA ROSDAKARYA
Wardani,IG.A.K,dkk, 2001. Pemantapan
Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta:Universitas Terbuka
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatan-dalam-proses-pembelajaran/,diakses
pada tanggal 10 februari 2015
[1]
Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi
Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012).h.154
[2]
Zainal Aqib, Membangun Prefesionalisme
Guru Dan Pengawas Sekolah,(Bandung:Yrama Widya, 2007).h.61
[3]
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta:
Balai Pustaka,1984).h.529
[4]
B.R.HERGENHAHN, dan MATTHEW, theories of learning(teori
belajar),(Jakarta:prenada media group.2008),ed 7.h.119
[5] Wina
Sanjaya,Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media,2006).h.37
[6] JJ.
Hasibuan, Proses Belajar Mengajar,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).h.84
[7] IG.A.K
Wardani dkk,Pemantapan Kemampuan Mengajar
(PKM), (Jakarta:Universitas Terbuka,2001).h.25
[8]
Abdul Majid,Belajar dan Pembelajaran PAI,
(Bandung:Rosdakarya,2012).h.288
[9]
Sudarwan, Danim, Pengembangan Profesi
Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Professional Madani,(Jakarta: prenada
media group.2011).h.119
[10]
Wina Sanjaya, op. cit, h.23
[11]
Aria,Djalil,dkk. Pembelajaran Kelas
Rangkap,(Jakarta:universitas terbuka.2002),cet 4.h 2.36
[12]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi
Belajar Mengajar ,(Jakarta: Rineka Cipta,2006).h.174
[13]
Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta
:Rineka Cipta,2005), cet 2.h.289
[14]
Sardiman, Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar,( Jakarta : Rajawali Pers,2011).h.94
[15] Eni Purwati,dan Zumrotul Mukaffa, Micro Teaching,( Surabaya: Aprinta,2009).h.7-12
[16]
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori
Belajar & Pembelajaran,(Jogjakarta:Ar-ruzz Media.2010),cet v.h.80
[17]
Eddy Noviana, dkk. Bahan Ajar Kajian dan
Pengembangan Pembelajaran IPS SD,(Pekanbaru: Cendikia Insan.2010).h108
[18]
Abuddin, Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,
(Jakarta: Prenada Media Group.2009),Ed 1,cet 2,h.290
[19]Kunandar. Guru Profesional, Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi Guru( Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.2007).h.57
[20]
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesioanal,
(Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.2008),cet 22,h.83
[21]
Margaret ,E Gredler, Learning and
Instruction (Teori dan Aplikasi), (Jakarta: Kencana.2011),ed ke-6,h.145
[22] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatan-dalam-proses-pembelajaran/,diakses
pada tanggal 10 februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar